Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Ewa Polano, yakin bahwa hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara tidak akan terganggu oleh krisis keuangan di Eropa. Kedua negara telah belajar dari pengalaman krisis keuangan di negara masing-masing beberapa tahun lampau sehingga krisis utang di negara-negara zona euro itu bisa diantisipasi dengan baik.
"Saya menilai hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara dalam beberapa tahun terakhir berjalan dengan baik kendati menghadapi resesi global dan kini krisis keuangan di Eropa. Volume perdagangan Indonesia senilai hampir US$1 miliar, bahkan perdagangan kedua negara naik 20 persen dalam paruh pertama 2011," kata Polano dalam perayaan Santa Lucia di Jakarta, 14 Desember 2011.
Krisis keuangan di Eropa memang bisa membawa pengaruh bagi Swedia, yang juga anggota Uni Eropa. Bagi Indonesia, Uni Eropa pun menjadi salah satu mitra dagang utama.
Namun Polano, yang sudah lebih dari dua tahun bertugas di Indonesia, mengingatkan bahwa kedua negara masing-masing pernah mengalami krisis keuangan yang dahsyat di masa lampau. Ini membuat Swedia dan Indonesia bisa mengantisipasi resesi global dan krisis utang di Eropa dengan baik.
"Swedia pernah mengalami krisis keuangan pada 1992 dan kita berhasil mengatasinya. Indonesia pun demikian, setelah menghadapi krisis moneter 1997 kini pertumbuhan ekonominya termasuk yang sangat stabil di kawasan. Bagi saya pengalaman itu menjadi modal bagi kedua negara dalam menghadapi tantangan saat ini," kata Polano.
Itulah sebabnya proyek-proyek bisnis dan perdagangan antara Swedia dan Indonesia tidak terganggu di tengah krisis keuangan Eropa. "Perusahaan-perusahaan Swedia sangat antusias dalam berbisnis dengan Indonesia, baik di sektor pangan, telekomunikasi, perkakas rumah tangga, hingga otomotif dan pertambangan," kata Polano.
"Saya menilai hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara dalam beberapa tahun terakhir berjalan dengan baik kendati menghadapi resesi global dan kini krisis keuangan di Eropa. Volume perdagangan Indonesia senilai hampir US$1 miliar, bahkan perdagangan kedua negara naik 20 persen dalam paruh pertama 2011," kata Polano dalam perayaan Santa Lucia di Jakarta, 14 Desember 2011.
Krisis keuangan di Eropa memang bisa membawa pengaruh bagi Swedia, yang juga anggota Uni Eropa. Bagi Indonesia, Uni Eropa pun menjadi salah satu mitra dagang utama.
Namun Polano, yang sudah lebih dari dua tahun bertugas di Indonesia, mengingatkan bahwa kedua negara masing-masing pernah mengalami krisis keuangan yang dahsyat di masa lampau. Ini membuat Swedia dan Indonesia bisa mengantisipasi resesi global dan krisis utang di Eropa dengan baik.
"Swedia pernah mengalami krisis keuangan pada 1992 dan kita berhasil mengatasinya. Indonesia pun demikian, setelah menghadapi krisis moneter 1997 kini pertumbuhan ekonominya termasuk yang sangat stabil di kawasan. Bagi saya pengalaman itu menjadi modal bagi kedua negara dalam menghadapi tantangan saat ini," kata Polano.
Itulah sebabnya proyek-proyek bisnis dan perdagangan antara Swedia dan Indonesia tidak terganggu di tengah krisis keuangan Eropa. "Perusahaan-perusahaan Swedia sangat antusias dalam berbisnis dengan Indonesia, baik di sektor pangan, telekomunikasi, perkakas rumah tangga, hingga otomotif dan pertambangan," kata Polano.
Sejumlah perusahaan Swedia makin melebarkan bisnisnya di Indonesia, diantaranya Volvo, Tetra Pak, Ericsson, Eletrolux, SKF, Lux, dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar